Kedahsyatan Raja Bass Introvert

10/04/10

John Myung salah seseorang yang berhasil mencapai prestasi dalam bidang dan cara yang diinginkannya.

Bass guitar. Dalam bahasa Indonesia dapat disebut "gitar bass", alat musik yang baru "dilahirkan" pada abad kedua puluh oleh Leo Fender, alat musik yang menjadi kebutuhan standar band (kelompok musik) dengan format combo (untuk membedakan dari format big band maupun concert/symphonic band). Perannya amat penting: membunyikan nada rendah (bass) yang menjadi "akar" dalam harmonisasi musik.
Karena format combo menjadi amat populer dan merakyat (menjelang akhir abad kedua puluh pengertian "band" dalam penggunaan sehari-hari hampir pasti ber-konotasi format combo), maka kebutuhan akan gitar bass menjadi sangat tinggi. Pada awalnya, hal ini tidak terlepas dari kepraktisan menggunakan gitar bass dalam band untuk memerankan fungsi bass di atas, dibanding instrumen bass lainnya seperti kontrabass atau tuba. Lebih mudah dirawat, dibawa, relatif murah, dan dapat diamplifikasi. Pada masa kini, kata bassist dalam penggunaan sehari-hari hampir pasti berarti pemain gitar bas dan bukan pemain alat bas lain di atas.
Sekalipun dalam musik Barat peranan instrumen bass sebagai instrumen solo sudah relatif lazim sejak sebelum gitar bas lahir, pada awalnya peranan gitar bas umumnya terbatas dalam memberikan fondasi bas dalam struktur harmoni musik. Sebenarnya hal ini bukanlah kekurangan, bahkan sangat esensial. Namun, dalam perkembangannya, keinginan mengeksplorasi gitar bas lebih dari fungsi tradisionalnya tak terbendung. Pembatasan fungsi tersebut kadang terasa membosankan bagi pemainnya.
Maka, sejak gejala counterculture menjelang akhir dekade 1960-an, muncullah para pionir seperti Jack Bruce, Jaco Pastorius, Chris Squire, dan Stanley Clark, yang belakangan diikuti sederetnama lain seperti John Pattitucci, Victor Wooten, atau Stuart Hamm yang telah mengangkat fungsi gitar bas sehingga menjadi instrumen yang lebih menonjol, sehingga pemainnya tampil sebagai virtuoso (simak concerto bass guitar dengan orkestra ciptaan Jon Lord dengan soloist Roger Glover sebagai movement dari Gemini Suite). John Myung, bassist band progressive metal Dream Theater, adalah salah satu penganut tradisi bassist virtuoso ini.
Dream Theater lahir pada dekade 1980-an dengan konsep menggabungkan warna musik metal hair band yang trendi (saat itu) dengan warna pop AOR dan progressive rock gaya 1970-an. Karena progressive rock itu sendiri sudah merupakan konsep musik liberal dan merupakan dialektika yang dapat mengandung elemen tradisi musik seriosa ("klasik") barat, jazz, musik etnis maupun eksperimentasi avant garde, maka penggabungan progressive rock dengan metal menjadikan musik mereka terdengar rumit. Namun, karena faktor dominan dalam musik mereka tetap unsur metal dan AOR-nya (disertai penghindaran elemen avant garde maupun jazz dalam warna progressive rock-nya), Dream Theater menjadi sebuah band yang populer dan kerumitan musiknya malah menjadi sesuatu yang menambah daya tariknya (tidak terasa "asing"). Bahkan Dream Theater kemudian dianggap memelopori subgenre baru, yaitu progressive metal (prog metal). Myung, sebagai bassist-nya, menjadi terkenal sebagai salah satu virtuoso gitar bass kelas dunia.
Introvert dan tidak banyak bicara, John Myung tampak lebih suka berbicara dengan instrumennya. Demikian kesan saat menyaksikan workshop Myung di Balai Sarbini yang diselenggarakan oleh Yamaha Corporation Japan bekerja sama dengan PT Yamaha Musik Indonesia Distributor, Jumat 25 Februari yang lalu. Myung memperagakan kepiawaian teknis yang memukau. Ia memiliki teknik fingerpicking seperti teknik gitar klasik, namun menggunakan tiga jari tangan kanan untuk memainkan tangga nada (jari manis, tengah, dan kelingking), di luar standar gitar klasik yang umumnya melakukannya dengan dua jari. Dengan demikian, Myung lebih mudah bermain dengan kecepatan tinggi. Petikannya pun bertenaga sesuai dengan warna musik metal yang dimainkannya.
Kelebihan Myung memang pada teknik bermain dengan kecepatan tinggi, sesuai tuntutan musik Dream Theater. Kemampuan sedemikian sudah barang tentu menuntut disiplin berlatih yang tinggi. Disiplin tersebut tampaknya sudah mendarah daging dalam diri Myung, yang sejak usia lima tahun mempelajari biola selama 10 tahun.
Sejatinya Myung adalah seorang rocker, dan idiom bermainnya pun tunduk pada tradisi bassist rock. Tiga bassist besar yang diakuinya paling mempengaruhinya adalah Chris Squire (Yes), Geddy Lee (Rush), dan Steve Harris (Iron Maiden), semuanya bassist rock. Namun, sebagai musisi yang tumbuh di era modern, Myung pun mempelajari teknik para bassist jazz, seperti ditunjukkannya dalam workshop-nya dengan memainkan harmonics yang diambil dari konsep Jaco Pastorius. Sebagai mantan mahasiswa Berklee College of Music, tidaklah mengherankan apabila Myung dapat memainkan berbagai gaya musik. Ia pun dapat, misalnya, melakukan teknik slapping seperti ditunjukkannya pada workshop-nya terdahulu di Jakarta beberapa tahun silam. Namun, ia tetap seorang rocker dan telah memiliki kematangan jiwa seorang artis untuk mengambil sikap. Penolakannya memainkan slapping kali ini (sekalipun diminta) dengan alasan tidak menyukai teknik tersebut (seraya mengingatkan bahwa ia telah mendemonstrasikannya di Jakarta pada workshop-nya terdahulu), menunjukkan kematangan sikap tersebut.
Myung adalah seorang technical virtuoso, namun tidaklah menonjol sebagai penjelajah harmoni dan melodi. Dream Theater cenderung selektif dalam menyerap elemen-elemen progressive rock. Seperti layaknya band progresif, Dream Theater juga mengadopsi teknik komposisi musik seriosa barat modern, namun dari tiga mazhab utama awal abad kedua puluh (neoklasik, ekspresionisme, dan impresionisme), hanya unsur neoklasik (Stravinskian)-lah yang diserap dalam bentuk kerumitan ritmis dengan hitungan ganjil atau subdivisi yang berubah-rubah.
Myung, sebagai mantan pemain biola, tentu pernah terekspose terhadap musik ini, sekalipun tidak dapat dipastikan bahwa Myunglah pelopor kerumitan ritmis dalam musik Dream Theater. Sementara itu, dalam sintaks harmoni, Dream Theater tidaklah sekompleks beberapa band progresif lain yang mengadopsi eksplorasi avant garde atau harmonisasi voicing jazz, kromatisisme, atau atonalisme. Dream Theater lebih cenderung bertahan di harmoni fungsional dengan dasar diatonis (catatan: tidak semua musik barat diatonis) dan mempertahankan estetika industri musik pop modern. Oleh karenanya, Myung lebih banyak memainkan fungsi bass tradisional (lebih konservatif dibandingkan Chris Squire dan Geddy Lee), namun meningkatkan visibilitas auralnya dengan kedahsyatan teknis. Fungsi gitar bas terutama untuk memainkan metal riffs. Ia relatif jarang mengeksplorasi melodi dan harmoni dibandingkan beberapa bassist ternama lainnya.
Pun ketika tampil sebagai soloist, Myung cenderung menampilkan keterampilan teknis daripada aspek melodis untuk memperkuat harmoni, sementara ada sebagian bassist lain yang mengadopsi transkrip-transkrip solo John Coltrane dan jazz legend lainnya untuk mengembangkan aspek improvisasi mereka. Kemungkinan besar Myung pun pernah mempelajari transkrip-transkrip tersebut. Yang jelas, ia memainkan transkrip cello suite J.S. Bach. Namun, dalam kariernya ia cenderung tidak tampil demikian, melainkan ketika tiba saatnya tampil sebagai soloist, ia cenderung tampil sebagai rock virtuoso ala Eddie Van Halen (tetapi pada gitar bas). Tidak begitu kaya melodi atau harmoni tetapi sarat teknik seperti two handed tapping serta teknik memetik berkecepatan tinggi. Bukan berarti Myung tidak mampu melakukan eksplorasi melodi dan harmoni. Ia melakukannya juga secara sporadis. Namun, di deretan bassist kelas dunia, ia tidak menonjol sebagai spesialis dalam bidang tersebut.
Hal lain yang patut dicatat adalah keterlibatan Myung dalam desain instrumen yang digunakannya, yaitu gitar bas berdawai enam Yamaha RBXJM2 ("JM" pada RBXJM2 adalah inisial Myung). Myung memilih gitar bas berdawai enam (bukan hal baru) karena memiliki kisaran nada yang lebih lebar dari gitar bas standar berdawai empat. Myung memilih pickup (komponen penangkap frekuensi dawai) yang didesain oleh Seymour Duncan untuk menghasilkan warna suara yang dapat digunakan dengan fleksibel di studio rekaman dan dapat beradaptasi dengan berbagai situasi musikal. Di luar itu juga dilengkapi dengan 3 band EQ yang membuat Myung leluasa mengatur variasi suara.
John Myung adalah contoh seseorang yang berhasil mencapai prestasi dalam bidang dan cara yang diinginkannya. Musisi Indonesia dapat belajar dari kedisiplinan dan komitmen tinggi yang membuat Myung berhasil menjadi musisi besar.

0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP